Mencintaimu
apa adanya? Apa… Bahkan ketika kamu mencoba mempercayai ada cinta yang seperti
itu, kenyataannya tidak sesederhana itu. Akan selalu ada yang dituntut dalam
diri setiap manusia, karena ia tidak sempurna, karena ia selalu berubah.
Begitulah manusia.
Sementara
kamu tumbuh kamu akan melihat bagaimana orang-orang di sekitarmu berubah. Ayah
dan ibumu yang dulu saling mendukung, menyayangi, memuji satu sama lain,
menjaga, tiba-tiba berubah. Ibumu sering menangis, merasa tidak diperlakukan
dengan penuh kasih sayang lagi, tidak ada lagi perhatian, dan keluhan-keluhan
seperti ‘Ayahmu tak seperti dulu lagi’.
Atau Ayahmu yang mengeluh soal Ibumu yang mulai sering uring-uringan, tidak
lagi mencintai apa adanya dirinya yang sekarang, terlalu banyak menuntut,
egois, ingin menang sendiri. Bisakah kau bayangkan itulah orang-orang yang dulu
mengikat janji pernikahan atas dasar cinta. Mereka bertemu, jatuh cinta,
membicarakan tentang masa depan, membuat janji-janji dan kesepakatan, lalu
seiring berjalannya waktu mereka akan lupa.
Kalian
tidak ingin seperti itu.
Untuk
kalian yang tumbuh dalam lingkungan dengan kondisi yang sama atau serupa
seperti itu, atau bahkan jika orangtua kalian sudah bercerai dan menikah lagi,
atau ayahmu atau ibumu yang pergi meninggalkanmu, atau mereka yang masih utuh
tetapi saling mengabaikan satu sama lain termasuk dirimu, kalian akan lebih
mengerti dibandingkan anak-anak yang tumbuh dari keluarga harmonis dan bahagia.
Bahwa kebersamaan atau pengertian yang memudar itu sesuatu yang mengerikan.
Mereka lupa bagaimana dulu mereka saling jatuh cinta, tergila-gila satu sama
lain, kita telah berubah menjadi aku dan kamu, segalanya memudar…dan perlahan hilang…jika mereka tidak
segera menyadari perpecahan yang terjadi dan berusaha memperbaikinya. Tetapi
terkadang orang dewasa terlalu gengsi untuk memulai berdamai lebih dulu, bukan
begitu?
Dan
kamu terhimpit di tengah-tengah…
Tidak
ada yang bisa kamu lakukan.
Atau
mungkin kamu sudah melakukan sesuatu untuk memperbaiki kondisi itu tetapi kamu
hanyalah anak bau kencur yang dianggap tidak mengerti permasalahan orang
dewasa. “Kamu tidak akan mengerti. Kamu masih muda. Kamu masih belum cukup
banyak melihat” kalimat seperti itu yang mungkin akan kamu mendengar. Benar.
Kita para anak hanya mengerti dunia kita. Bagaimana mungkin kita bisa mengerti
bagaimana, jika kita belum pernah berada di posisi mereka para orangtua?
Tapi
kalian bisa belajar.
Kalian
bisa merasakan bagaimana tidak nyamannya berada dalam posisi itu. Terhimpit,
terjepit, tidak bisa bernapas ataupun bergerak. Kaki dan tanganmu seperti
terikat dengan rantai. Kamu tidak bisa pergi kemanapun. Kamu terjebak di sana,
dan harus menyaksikan semuanya. Entah sampai kapan. Kamu akan tersiksa. Kamu
pernah berpikir untuk melarikan diri, dari rumah ini ataupun dari dunia ini. Tetapi
kalian tahu itu bukan jalan keluar. Kalian bahkan sulit menjalin hubungan
dengan lawan jenis yang kau suka, karena kamu melihat bagaimana orangtuamu
hancur, sehingga kamu sulit untuk mempercayakan hatimu pada sebuah hubungan. Bayang-bayang
kegagalan terus mengikutimu. Kamu merasa tidak dicintai. Kamu merasa sangat
tertolak ketika pertengkaran pertama, kedua, atau ketiga dengan kekasihmu,
karena trauma masa lalumu melihat bagaimana orangtuamu berdebat hari demi hari,
waktu demi waktu, mengeluhkan satu sama lain tentang cela masing-masing, tanpa
memperhatikan perasaanmu sama sekali. Atau bahkan tanpa peduli bagaimana
perasaanmu melihat itu semua. Mereka hanya melihat permasalahan mereka sendiri,
mereka tidak ingat kalau ada kita yang bias melihat semuanya dan bagaimana itu
akan sangat mempengaruhi kondisi psikis anak-anaknya dan kehidupannya mendatang
tentang bagaimana cara mereka memandang hidup. Kamu merasa perih ketika melihat
orangtua teman-temanmu yang saling tertawa, bercanda, memegang pundak, menatap
penuh kasih saying, atau melontarkan pujian-pujian, karena kamu sadar kamu
tidak akan pernah berada di kondisi seperti itu saat ini. Kamu menjadi rapuh,
kamu tidak berdaya. Kamu butuh pegangan, kamu ingin seseorang yang bisa kau
percaya untuk menjaga hatimu dari kehancuran. Tetapi pada akhirnya…kamulah yang
harus bertahan sendiri untuk menjaga hatimu agar tidak hancur.
Sayang…siapapun
kamu, dimanapun kamu, jika kalian adalah salah satu di antara anak-anak itu,
bertahanlah. Jangan terjerumus pada hal-hal yang akan membuatmu menyesal nanti.
Kita masih punya masa depan. Jika sekarang kita tidak bisa memperbaikinya, kita
bisa memperbaiki untuk kehidupan kita kelak. Ketika kamu ingin meledak,
memberontaklah dengan cara yang terhormat. Kamu tidak sendiri di dunia ini
melewati semuanya. Tuhan selalu punya
tempat terbaik. Ia tidak akan membiarkanmu tersesat jika kamu berusaha. Pernah
berada di posisi yang tidak menyenangkan ini akan membuat kalian akan lebih
mengerti bagaimana seharusnya menjadi orangtua-orangtua yang baik untuk
anak-anak kalian kelak. Kalian tidak akan ingin mengulang kesalahan orangtua
kalian. Maafkanlah mereka, karena mereka juga manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan. Tugasmu adalah…temukan kebahagiaanmu sendiri dalam keluarga
masa depanmu yang kau bina dengan penuh rasa cinta.
0 comments: