• Untuk Lelaki Tercinta...

    Januari, 16 2013

    "Kamu tidak akan tahu seberapa besar kamu mencintai seseorang sebelum kamu merasakan nyaris kehilangan."-pernah dengar istilah ini?

    Kakak lelaki saya masuk ke ruang operasi pada tanggal 26 Desember 2012. Diagnosis awal adalah hernia, yang biasanya hanya akan dilakukan operasi lokal dan hanya membutuhkan waktu sehari untuk rawat inap. Tak pernah kami bayangkan sebelumnya bahwa ternyata dokter 'melihat' sesuatu yang lain di tengah-tengah berjalannya operasi.
    Kakak didiagnosis menderita sirosis, dimana hati penderita akan mengalami penyusutan. Beberapa hari kemudian Mama dipanggil ke ruang dokter dan sejak saat itu segalanya tak akan pernah sama lagi.

    Heru kecil adalah sososk bocah lelaki yang pendiam dan penurut. Siapa yang sangka saat ia menginjak remaja pergaulan menyeretnya ke hari-hari yang kelam. 'Nakal' mungkin itulah kalimat paling sederhana yang menggambarkan sosok kakak lelaki saya saat ia muda. Dulu, setiap kali saya lewat pasti ada saja gerombolan cowok yang berkata "Eh, jangan diganggu. Adiknya Heru itu!" :-) Saya tidak tahu seterkenal apa kakak saya, semenakutkan apa kakak saya yang membuat mereka gentar, saya tidak pernah tahu apa saja yang dilakukannya di luar rumah. Samar-samar yang saya ingat ia sempat masuk ke panti rehabilitasi, masuk rumah sakit karena babak belur, sempat berurusan dengan polisi, termasuk emosi yang tidak stabil dan suka menjual barang-barang pribadinya entah untuk apa. Yang jelas saya ingat, tidak sedikit materi, tenaga, dan air mata mama yang keluar demi kakak saya. Saat saya kecil mungkin saya tidak terlalu mengerti, saya hanya tahu bahwa ia banyak melakukan hal yang membuat Mama sedih dan lelah. Saya heran, mengapa Mama tidak membuang saja anak seperti dia. Seiring pertumbuhan jiwa dan pikiran saya, saya mulai mengerti, bagaimanapun dia, seperti apapun dia, dia adalah bagian dari keluarga kita. Mama adalah orang yang luar biasa tegar dan sabar.

    Beranjak dewasa Kakak mulai berubah, atau mungkin kategori 'Nakal'-nya sudah berbeda. Satu hal yang pasti, ia masih jauh dari Tuhan. Dari sesekali shalat menjadi tidak pernah sama sekali. Al-Qur'an pun tak pernah disentuhnya apalagi berdzikir atau wirid menyebut asma Allah. Suatu hal yang kadang membuat Mama tak percaya, karena rajinnya ia berangkat mengaji saat kecil. Tetapi di balik itu semua, ia menjadi sosok Heru dewasa yang mulai mengerti tanggung jawab dan balas budi. Ia sadar, begitu banyak yang dikorbankan Mama untuknya di masa lalu, termasuk perasaan. Ia menjadi sosok yang bisa diandalkan, sopan, dan penyayang keluarga. Ia masih pendiam, dan tidak banyak bicara, tetapi ia selalu ada setiap kali kami membutuhkannya. Hanya satu kebiasaan masa mudanya yang masih terbawa hingga sekarang, yang sepertinya sangat sulit untuk ia hindari: minuman keras.

    Saya tidak tahu apakah ini teguran dari Tuhan. Yang jelas, minuman beralkohol itu telah menggerogoti hatinya sedikit demi sedikit. Dokter sudah menyatakan hatinya sudah tidak berfungsi, hatinya akan selalu memproduksi cairan sehingga harus dikeluarkan melalui slang yang dipasang setelah dokter membuat lubang di perutnya. Hati saya perih melihatnya terbaring tak berdaya setelah operasi dengan slang itu menancap di tubuhnya. Saya tidak pernah tahu sebesar ini rasa sayang saya pada Kakak sebelum malam itu. Untuk pertama kalinya, selama 23 tahun usia saya, saya menangisi Kakak saya.

    Dokter sudah angkat tangan. Beliau akan melakukan yang terbaik untuk membuat Kakak bertahan lebih lama. Hidupnya kini hanya ditunjang oleh obat-obatan. Infus yang diberikan hanya untuk menyeimbangkan darah putihnya sehingga paling tidak ia akan merasa lebih baik. Tetapi untuk kesembuhannya Dokter sudah menyerahkannya pada Tuhan. Kakak tidak pernah tahu hal ini karena kami memang sengaja menyembunyikannya. Kami tidak ingin ia shock dan kehilangan semangat untuk sembuh. Kami memiliki keyakinan bahwa jika Tuhan mengizinkan akan ada keajaiban, sekalipun Dokter sudah menyerah. Kalaupun tidak...Tuhan sudah memiliki rencana terbaik untuk itu.

    Dan untuk pertama kalinya kami melihatnya menggenggam tasbih, berdzikir menyebut nama Allah, setiap waktu... Tidak ada yang lebih membuat saya tersentuh melihat itu.

    Untuk Kakakku,
    Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat selama engkau memiliki niat yang tulus untuk berubah. Tuhan merindukanmu, Tuhan ingin kau sebut namanya. Rasa sakit apapun yang kau rasakan, seandainya bisa kau bagi dengan kami, kami akan senang hati menerimanya. Hanya ini yang bisa kami lakukan, merawatmu yang terbaring sakit di atas tempat tidur, yang tidak lagi bisa melakukan apapun sendiri lagi.
    Terkadang aku rindu langkah kakimu, ayunan tanganmu saat kau masih mampu berjalan, senyumanmu yang cerah, ataupun suaramu saat engkau masih sehat. Tidak bisakah hari-hari itu terulang lagi? Sekali saja...

    Hargailah apa yang kamu miliki saat ini. Ingatlah bahwa banyak di antara kita yang kehilangan segalanya dan menginginkan sesuatu terulang kembali tapi tidak akan pernah mungkin. Selalu bersyukur, karena kadang kita lupa bahwa nikmat Tuhan tak akan cukup bila kau hitung, dan akan kamu sesali begitu Tuhan mengambilnya kembali. 

    With love, sahabatmu.

0 comments:

Post a Comment